She Loved Like a Diamond (Part 3)

She Loved Like a Diamond

Part 3

 slld

Author : Yukitty

Length : Series // Genre : Romance, Family // Rating :PG+17

 

Main Cast :

Jung Yong Hwa , Park Shin Hye

Cast :

Lee Dong Wook, Lee Jung Shin , Lee Jong Hyun , Kang Min Hyuk , Jung Soo Jung , Kim Woo Bin, Yoo Ji An

Own Cast :

Kiyomizu Aiko , Choi Yuki, Park Jun Bi (Shin Hye’s Father), Song Yumi (Shin Hye’s Step Mother), Ok Jae Geum (Yong Hwa’s Grandma), Cha Ki Young, Yoo Baek Hyun

Disclaimer :

Cerita ini murni hasil pemikiran sendiri, jadi cerita ini milik aku, arra! Jadi jangan sembarangan copy paste apalagi mengubah nama author. Cast dalam cerita bukan milik author sekalipun author ingin memiliki Yong Hwa (kkkkk). Author Cuma pakai nama mereka untuk keperluan cerita.

Typo adalah milik aku & itu seni lain dalam tulisan fiksi :p

—Happy Reading—

 

—OoO—

Woo Bin seketika lemas mendengar ancaman dari Yoo Baek Hyun. Bagaimana kalau Yuki benar-benar di apa-apakan oleh anak buahnya? Dia tahu pria ini bisa melakukan apapun untuk mendapatkan keinginannya. Dan sialnya, dia dulu menerima bantuan pria ini untuk melanjutkan kuliahnya.

“Gadismu menarik ya, saking menariknya, bukankah lebih baik kita buat sedikit cacat supaya tidak ada yang merebutnya darimu, Woo Bin-ah?” Bisik Baek Hyun, membuat Woo Bin semakin lemas. “Kau tahu anak dari siapa Yuki itu?”

Woo Bin menggeleng pelan. Pikirannya berat saat ini. Apa yang harus dia lakukan? Sangat tidak mungkin baginya untuk melompat ke laut dan berenang kembali ke Seoul. Mereka sudah akan tiba di Jepang.

“Ayahnya bekerja di kantorku.” Ucapnya puas. “Kau tahu apalagi yang bisa aku lakukan kepada gadis itu?” Lanjutnya. Woo Bin lagi-lagi menggeleng.

“Aku bisa merusak semua masa depannya. Baik fisik dan psikologisnya, juga membuatnya tidak bisa lagi melanjutkan pendidikannya.” Ancamnya. Woo Bin seketika tersungkur di lantai. Lemas. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Dia tidak mau gadis itu terluka.. Tidak. Dia tidak boleh membiarkan gadisnya rusak.

“Bagaimana Kim Woo Bin? Masih kokoh dengan pendirianmu? Saat ini, anak buahku sudah berada di kampus gadismu. Mereka sedang menunggu Yuki selesai mengajar adik tingkatnya.” Baek Hyun tersenyum sinis.

—OoO—

Yuki berjalan keluar dari kelas setelah selesai mengajar. Baru saja dia melangkahkan kakinya keluar, Jong Hyun menariknya dengan kasar.

“Yya! Apa yang kau lakukan?” Tanya Yuki kesal. Jong Hyun mendorong gadis itu ke tembok di tempat yang sepi. Ditatapnya gadis tajam. Dia tidak senang ada orang yang lebih muda darinya, tapi bertingkah seolah dia berkusa terhadapnya. Tidak ada seorang gadis pun yang boleh mengaturnya.

“Kau tahu aku tidak suka dengan apa yang kau lakukan tadi?” Sinis Jong Hyun. Yuki menghela napasnya berat. Dia sangat lelah hari ini dan ingin segera pulang. Tapi sialnya dia harus berurusan dengan hoobae-nya yang bahkan baru pertama kalia dia lihat.

“Apa kau lupa aku ini seniormu?” Tanya Yuki kesal. Jong Hyun tersenyum tipis, merapatkan tubuhnya dengan gadis itu.

“Apa kau tidak tahu aku ini lebih tua darimu?” Tanya Jong Hyun.

“Arra, kau sudah mengatakannya di kelas tadi.” Jawab Yuki. “Tapi maaf, aku disini seniormu, arrachi?” Yuki menepis lengan Jong Hyun yang mengurungnya. Tapi dengan cepat Jong Hyun mengurungnya lagi. Tidak membiarkan gadis tidak tahu sopan santun ini pergi.

“Masukkan namaku kedalam absensi. Aku hadir di kuliah tadi. Kau tidak tahu betapa sulitanya aku berusaha untuk tetap datang ke kelas hari ini? Aku bahkan kehilangan waktu tidurku yang berharga di atas kasur.” Pinta Jong Hyun.

“Kalau aku tidak mau?” Tantang Yuki.

“Kau akan menyesal.”

“Seperti?” Tantang Yuki lagi.

“Menciummu sekarang mungkin.” Jong Hyun mendekatkan wajahnya ke arah Yuki. Gadis itu segera memejamkan matanya takut. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Tidak mungkin dia mengisi absensi Jong Hyun. Itu menyalahi peraturan namanya.

“Kalau kau ingin absensi, seharusnya kau tidak tidur di kelas.” Ucap Yuki takut. Jong Hyun menjauhkan tubuhnya dari Yuki dan tersenyum sinis melihat gadis itu bahkan bergetar karena takut.

“Geurae,sunbae-nim.” Ucap Jong Hyun sinis. “Kali ini aku memaafkanmu, tapi jika lain kali aku tidak akan melepaskanmu Choi sunbae-nim. Kau akan tahu seperti apa Lee Jong Hyun.” Jong Hyun mengambil tasnya lalu berjalan pergi meninggalkan Yuki yang masih mematung. Gadis itu harus tahu kalau dia paling tidak suka diatur seperti itu. Dia senang menjalani hidup yang bebas, tidak terkekang oleh peraturan. Apa salahnya tidur di kelas? Yang penting dia akan mengikuti ujian nanti.

—OoO—

Shin Hye mengembangkan senyumannya menatap ponsel barunya, dan itu membuat Yong Hwa yang tengah menyetir sesekali menghela napasnya kesal. Gadis ini, apa dia benar-benar bodoh? Kenapa dia harus bertemu dengannya hampir setiap hari? Ah, ini pasti kesialannya. Dia tidak senang berdekatan dengan gadis, dan sekarang dia justru sering terjebak dengan gadis bodoh ini.

“Antarkan aku ke tempat kita bertemu tadi.” Pinta Shin Hye.

“Kau kira aku supirmu eoh?” Tanya Yong Hwa sebal. Pria itu menghela napasnya lagi. Mungkin benar, dia memang selalu sial jika bersama Shin Hye, jadi lebih baik kedepannya dia menghindari gadis ini.

“Cepat, jam istirahatku sudah mau habis.” Shin Hye melirik jamnya. Yong Hwa mengerutkan keningnya dan sedikit melirik ke arah Shin Hye.

“Kau bekerja disana? Bagaimana bisa?” Tanya Yong Hwa heran. Setahunya, Ji An itu desainer berbakat, kenapa bisa merekrut gadis bodoh seperti Shin Hye.

“Maksudmu apa Mr. Renternir? Kenapa kau berkata begitu? Apa kau tidak tahu? Wanita berkelas saja menyukai desainku, aku ini berbakat. Kau lihat saja nanti, kelak jas buatanku akan dihargai lebih dari jas bututmu itu.” Ujar Shin Hye yakin. Yong Hwa hanya tersenyum mendengarnya. Dia tidak pecaya, gadis ini bahkan ceroboh, sangat ceroboh.

“Sudahlah, tidak usah dibahas.” Pria itu menepikan mobilnya di depan butik Ji An. Mereka keluar dan masuk ke dalam butik itu bersama.

“Apa kau mau mengikutiku sampai ke tempat kerja?” Tanya Shin Hye tidak suka. Apa Yong Hwa sekarang sedang memastikan dia benar-benar bekerja dan bisa membayar hutang?

“Kau kira aku mau menemuimu eoh? Aku mau bertemu Ji An, arra.” Yong Hwa berjalan mendahului Shin Hye dan menaiki tangga menuju ruangan kerja Ji An. Shin Hye mengerutkan alisnya, menatap pria yang jujur saja cukup tampan di matanya.

“Apa dia kekasih Nona Ji An?” Gumam Shin Hye. Gadis itu berpikir sejenak dan tiba-tiba teringat apa yang dipikirkannya ketika kesulitan menghindari Ki Young kemarin…

“Ah, demi apapun.. Siapapun yang menolongku, jika perempuan akan aku jadikan saudara, jika pria maka akan aku jadikan suamiku…”

“Omo.. Kenapa aku memikirkan itu? Omo, bagaimana ini?” pekiknya. Dia sudah mengucapkan janji bodoh seperti itu kan kemari? Bagaimana ini? Bagaimana nasibnya? Tidak mungkin dia menikahi Mr. Renternir itu.

“Ada apa denganmu yeoja babo?” Yong Hwa kembali menoleh, menatap Shin Hye yang terlihat panik sendiri. Pria itu kembali turun menghampiri Shin Hye. Tangannya bergerak memegang kening Shin Hye dengan punggung tangannya. Gadis itu seketika terhenyak kaget dan mundur selangkah.

“Waeyo?”

“Ani, hanya memastikan kau masih sehat. Ternyata bersikap seperti ini masih masuk dalam kategori sehat untuk gadis sepertimu.” Yong Hwa kembali berjalan menaiki tangga. Shin Hye menekuk bibirnya, mencerna apa yang dikatakan pria kolot itu barusan.

“Yya! Maksudmu aku gila eoh?” Gadis itu segera berlari menaiki tangga. Yong Hwa hanya mengangkat bahunya dan masuk ke ruang kerja Ji An.

“Annyeonghaseyo. Ji An noona, ini aku.”

“Ah, Yong Hwa?” Ji An menghentikan aktivitasnya. “Kau bilang akan kemari saat istirahat makan siang, kenapa baru datang?” Tanya Ji An sembari mencari tongkatnya. Yong Hwa segera bergerak menghampirinya dan menahan pergerakannya.

“Tidak perlu bergerak banyak, biar aku yang menghampirimu.” Ucap Yong Hwa. Pria itu membenarkan posisi tongkat Ji An yang tergeletak di lantai. Shin Hye yang baru masuk ke dalam menatap keduanya penasaran. Apa Mr. Renternir benar-benar kekasih Ji An?

“Shin Hye, kau disana?” Ji An menoleh ke arah pintu. Walaupun matanya sudah tidak bisa melihat lagi, tapi indera lainnya cukup tajam sekarang. Dia bisa merasakan kehadiran seseorang tanpa melihatnya.

“Ne, Nona Ji An. Aku sudah selesai istirahatnya.” Jawab Shin Hye.

“Yong Hwa, dia adalah percancang baju untuk nenekmu.” Ucap Ji An. Yong Hwa segera terkejut mendengar ucapan Ji An, begitu juga dengan Shin Hye yang saat ini membuka mulutnya tidak percaya. Jadi Ok Jae Geum adalah nenek dari pria ini? Yang benar saja.. Kenapa dia selalu memiliki keterkaitan dengan pria ini?

“Apa kau tidak salah?” Tanya Yong Hwa pelan. “Nenekku memilih rancangan buatan gadis itu?” Lanjutnya. Ya, dia tahu bagaimana Shin Hye. Bukankah gadis ini adalah gadis yang ceroboh? Selain itu juga gadis ini bodoh. Bagaimana bisa memikat neneknya yang memiliki selera tinggi dalam mode?

“Dia memang dipilih sendiri oleh Ny. Ok, kau bisa berkonsultasi langsung dengannya untuk pesanan Ny. Ok.” Ujar Ji An. Yong Hwa menggaruk kepalanya frustasi. Apa harus dia berurusan lagi dengan gadis ini??? “Waeyo? Apa ada yang salah?” Tanya Ji An.

“Aniyo, noona. Tidak ada yang salah sama sekali.” Jawab Yong Hwa. Matanya menatap kesal ke arah Shin Hye yang saat ini hanya menundukkan wajahnya dengan bibir yang mengerucut. Benar-benar seperti anak kecil, kekanak-kanakkan. Gadis seperti ini bisa membuat desain bagus? Tidak bisa dipercaya.

“Aku akan melanjutkan pekerjaanku.” Shin Hye bergegas berjalan menuju meja kerjanya. Gadis itu kembali mengumpat di dalam hati, merutuki nasib sialnya. Bagaimana ini? Kalau dia harus sering melihat Mr. Renternir, itu artinya dia harus terus mengingat hutangnya. Ah, itu sungguh membebaninya. Karena hutang itulah dia sekarang bekerja. Karena hutang itulah, dia tidak bisa banyak bersenang-senang lagi. Menyebalkan.

“Aku tidak percaya kau bisa menjadi seorang designer, dan kenapa harus nenekku yang memilihmu?” Bisik Yong Hwa.

“Aku juga tidak tahu kenapa haelmoni cantik itu jadi nenek namja kolot sepertimu.” Shin Hye kembali menekuk wajahnya. Sedih rasanya, ini berarti dia mungkin harus bertemu lagi dengan Yong Hwa… lagi dan lagi.

“Sudahlah, aku hanya mau melihat kau sudah mengerjakannya atau belum.” Yong Hwa menatap apa yang dikerjakan Shin Hye saat ini. Keningnya berkerut melihat gambar hasil rancangan Shin Hye yang dia akui memang bagus.

“Aku akan mengerjakannya dengan baik, kau tenang saja.” Shin Hye kembali mengukur bahan yang diperlukan. Sesekali dia menghela napasnya, meratapi nasibnya. Kenapa belakangan ini dia selalu sial seperti ini. Apa karena dia sering menbangkang kepada ayahnya?

“Aku tidak percaya kepadamu.” Yong Hwa melipat tangannya di depan Shin Hye. Matanya terus menyelidik tajam ke arah Shin Hye. “Kau tahu? 2 minggu lagi itu anniversary perusahaan haelmoni, aku tidak mau kau merusaknya dengan mempermalukan haelmoni.” Ucap Yong Hwa. Shin Hye menghentikan pekerjaannya lagi dan menatap Yong Hwa kesal. Pria itu sudah mengganggu waktu kerjanya. Dia bilang dia tidak ingin Shin Hye merusak acara perusahaannya, tapi bagaimana tidak merusak jika saat ini saja dia kehilangan waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya?

“Bisakah kau cukup pergi saja dan menyerahkan pekerjaan ini kepadaku?”

“Baik, tapi aku akan datang lagi lusa, dan aku akan mengawasimu, nona Park.” Yong Hwa berbalik, berjalan meninggalkan Shin Hye sendirian. Gadis itu menghela napasnya lega. Akhirnya renternir itu pergi juga. Dia bisa melakukan pekerjaannya lagi sekarang.

—OoO—

Jung Shin berjalan mengelilingi rumah sakit tempatnya bekerja sekarang. Ya, disinilah dia sekarang, RS Seoul, tempat yang sangat dia cita-citakan sejak kecil dulu. Jung Shin memang bercita-cita menjadi dokter di rumah sakit ini, dan itu selalu dia kejar tanpa henti. Sekarang, dia sudah menggapainya dengan baik. Lulus kuliah dengan nilai yang baik dan bekerja di tempat yang diinginkannya. Bukankah itu hebat?

“Lee Uisa.” Suara seorang pria menghentikan langkah Jung Shin. Pria itu menoleh dan melihat seorang dokter berjalan menghampirinya. Dokter yang menurutnya sangat manis, dengan tinggi yang semampai. Pasti banyak pasien ataupun perawat dan sesama dokter yang menyukainya.

“Mmm, Min Hyuk uisa?” Tebak Jung Shin.

“Ya, aku Min Hyuk.” Pria manis itu menepuk bahu Jung Shin. “Akhirnya aku bertemu denganmu, mahasiswa kesayangan Prof. Kawazaki.”

“Eoh?” Jung Shin mengerutkan keningnya. Min Hyuk ini adalah dokter muda yang juga bertugas membimbing dokter baru, karena itulah dia sebelumnya beberapa kali berkirim email dengan seseorang bernama Min Hyuk. Tapi dia tidak menyangka kalau Min Hyuk mengenal dosennya di kampus dahulu, bahkan yang dia tidak sangka lagi, Min Hyuk masih muda, mungkin sebaya dengannya.

“Sewaktu aku melihat profil singkatmu, aku ingat dengan kenalanku yang mengajar di Universitas Tokyo, aku langsung bertanya kepadanya tentangmu. Dia bilang kau mahasiswa kesayangannya.” Min Hyuk menyunggingkan senyumannya.

“Aku merasa tersanjung.” Jung Shin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Berapa usia uisa? Aku rasa usiamu juga masih muda.” Ucap Jung Shin.

“Aku? 23 tahun. Aku baru kembali ke Korea tahun lalu setelah menyelesaikan kuliahku.” Jawab Min Hyuk. Jung Shin berdecak kagum, bahkan sekalipun selama ini banyak yang memujinya karena kepintarannya, ternyata masih ada seorang Kang Min Hyuk yang menyelesaikan pendidikan dokter di usia 22 tahun. Hebat.

“Min Hyuk oppa..” Seorang gadis yang memakai pakaian pasien menghampirinya dengan membawa syal di tangannya. “Aku menyelesaikannya.” Lanjut gadis itu. Jung Shin menatap keduanya. Apa mereka saudara? Gadis ini tidak memanggilnya uisa, tapi oppa.

“Yya! Kau memang tidak ada bakat. Syal macam apa ini? Kenapa jelek sekali?” Ledek Min Hyuk. Gadis itu mengerucutkan bibirnya. Padahal dia sudah susah payah membuatnya, seperti apa yang diminta oleh Min Hyuk supaya dia tidak bosan berada di rumah sakit. Tapi pria ini malah meledek hasil karyanya.

“Buat lagi.” Pinta Min Hyuk.

“Mwo?? Shireo. Aku sudah lelah membuatnya.” Tolak gadis itu.

“Isssh, kalau begitu cari pekerjaan lain, supaya setelah ini kau tidak terus mengeluh lagi, Soo Jung-ah.” Usul Min Hyuk. Gadis itu tidak merespon karena sebal, dia memalingkan wajahnya ke arah lain dan menatap sosok Jung Shin.

Matanya melebar. Siapa pria itu? Pria yang tinggi dengan wajah lancip. Pria yang seperti seorang fotomodel itu.. Siapa dia? Baru kali ini dia melihat dokter ini. Apa dia dokter baru disini? “Nuguya?” Soo Jung menunjuk ke arah Jung Shin.

“Dia dokter baru disini, Lee Jung Shin.” Jawab Min Hyuk. Soo Jung segera tersenyum cerah, gadis itu menghampiri Jung Shin yang masih asyik mengirimi pesan untuk Aiko.

“Annyeong, Jung Soo Jung imnida.” Soo Jung mengulurkan lengannya. Senyuma cerah terlukis di wajah cantiknya. Jung Shin menatapnya sebentar dan menyambut uluran tangan Soo Jung.

“Lee Jung Shin, aku dokter baru disini.” Sapa Jung Shin ramah. Pria itu lalu menoleh ke arah Min Hyuk yang masih mengamati syal buatan Soo Jung. “Min Hyuk uisa, mianhae. Aku harus pulang sepertinya.” Pamit Jung Shin. Min Hyuk hanya mengangguk, menyunggingkan senyumannya.

“Dia baru bekerja hari ini?” Tanya Soo Jung tanpa sedetikpun berpaling dari Jung Shin yang semakin menjauh dari mereka.

“Ne, wae?”

“Oppa, sepertinya aku sudah menemukan pangeranku.” Jawab Soo Jung dengan wajah cerahnya. Gadis itu terus menatap Jung Shin dengan tatapan terpesonanya, seolah Jung Shin adalah pangeran yang selama ini dicarinya.

“Mwo???” Min Hyuk terlonjak tidak percaya dengan apa yang Soo Jung katakan barusan.

“Aku, jatuh cinta kepada dokter itu.”

—OoO—

Jung Shin bergegas masuk ke halaman rumahnya karena Aiko yang memintanya untuk cepat pulang. Pria itu terkejut melihat Aiko yang sekarang duduk di depan pintu rumah mereka dengan wajah frustasinya. Dengan cepat Jung Shin berlutut di depan Aiko.

“Apa yag terjadi? Kau lupa menyimpan kunci eoh? Kau terkunci diluar?” Tanya Jung Shin khawatir. Pria itu segera melepas mantelnya dan memasangkannya ke tubuh Aiko.

“Aniyo.” Aiko menggeleng pelan.

“Lalu kenapa? Apa ada hantu di dalam?” Tebak Jung Shin. Aiko lagi-lagi menggelengkan kepalanya.

“mmmm, bebek?” Tebak Jung Shin lagi. Aiko menghela napasnya dan lagi-lagi menggelengkan kepalanya.

“Lalu apa eoh? Katakan kepadaku, jangan buat aku khawatir seperti ini.” Jung Shin menarik kepala Aiko dan membenamkannya ke dadanya. Yeoja itu kembali menghela napasnya.

“Jong Hyun oppa, dia di dalam.” Keluh Aiko.

“Lalu?” Jung Shin mengernyitkan dahinya tidak mengerti. Bukankah selama ini juga Jong Hyun memang sering berada di dalam rumah? Pria itu kan pemalas, Jong Hyun jarang berkeliaran ke luar rumah. Hanya diam di kamar untuk tidur atau di ruang tv untuk bermain PS3, memainkan Street Fighter.

“Dia berteriak-teriak seperti orang gila. Aku tidak tahu ada apa dengannya.” Aiko mengerucutkan bibirnya. Seumur hidupnya, dia tidak pernah takut kepada manusia seperti apapun, kecuali orang gila.

“Mwo? Jadi kau berpikir Jong Hyun hyung itu gila eoh?” Jung Shin tertawa geli mendengar ucapan Aiko. Tawanya semakin pecah melihat Aiko yang bahkan mengangguk serius. Benar-benar menggemaskan.

“Jangan tertawa, kau lihat saja.” Aiko memukul dada Jung Shin kesal. Sudah tahu dia benar-benar ketakutan, Jung Shin malah menertawakannya seperti itu. Menyebalkan.

“Geurae.. Aku masuk. Kajja.” Jung Shin menarik Aiko agar berdiri dan membawa istrinya itu masuk ke dalam rumah, dan benar saja. Terdengar olehnya teriakan Jong Hyun, seolah Jong Hyun sangat marah saat ini. Pria itu memainkan gamesticknya dengan menggebu-gebu. Tidak jarang dia mengumpat kepada Ken, Nina, Kazuya atau Ryu yang menjadi lawan Chun Li. Jung Shin menghela napasnya melihat tingkah Jong Hyun. Bahkan saat ini dia sangat lelah setelah bekerja seharian, dan dia tidak senang melihat pemandangan ini di rumah. Segera Jung Shin mencabut kabel tv dan PS3nya.

“Yya! Apa yang kau lakukan?” Pekik Jong Hyun. Jung Shin menjitak pria itu keras. “Yya!”

“Apa hyung tidak malu bertingkah seperti orang gila begitu?” Tanya Jung Shin kesal. “Berteriak-teriak tidak jelas. Hyung kenapa sebenarnya?”

Jong Hyun menggeram kesal. Pria itu memukul lantai dengan tangannya. “Ini gara-gara gadis menyebalkan itu! Aku sudah datang ke kampus, mengorbankan waktu tidurku. Tapi dia mengusirku dari kelas!” Teriak Jong Hyun.

“Gadis menyebalkan nuguya?”

“Itu, asisten dosen di kelas. Sudah lebih muda daripada aku, dia juga tidak sopan. Ck.” Keluh Jong Hyun. Jung Shin tersenyum mendengarnya. Jadi akhirnya seorang Lee Jong Hyun bisa menemukan ‘partner’? Semoga saja gadis yang dimaksudkan itu sama-sama keras kepala seperti Jong Hyun.

“Dengar ya hyung, pertama aku mau meluruskan. Waktu tidur itu malam hari, bukan pagi hari, arra.. Kedua, syukurlah ada yang membuatmu kesal.” Jung Shin meleletkan lidahnya.

“Yya!”

“Sudahlah. Kalau kau berisik lagi, aku akan menelpon samcheon untuk membawamu pulang.” Jung Shin berdiri dan menarik Aiko pergi meninggalkan Jong Hyun yang saat ini tidak berkutik dan memilih merebahkan tubuhnya di karpet dengan wajah kesalnya.

“Apa oppa benar-benar tidak gila?” Tanya Aiko khawatir. Dia memang takut, sangat takut dengan orang gila. Dia sangat trauma dengan yang namanya orang gila.

“Dia tidak gila.” Jung Shin melepaskan satu persatu kancing kemejanya, dan melepaskan kemejanya begitu saja.

“Yya! Bukalah pakaianmu di dalam kamar mandi.” Protes Aiko. Yeoja itu semakin kesal ketika melihat Jung Shin tersenyum meledek ke arahnya. Jung Shin bahkan menghampiri Aiko dengan tubuh toplessnya.

“Tergoda tidak?” Tanya Jung Shin iseng. Aiko menelan ludahnya. Dia tidak boleh terlihat seperti terpesona saat ini. Dia harus tetap cool.

“Ani, biasa saja.” Jawabnya cepat.

“Tapi suaramu bergetar.” Bisik Jung Shin tepat di depan telinga Aiko, membuat Aiko memejamkan matanya karena merasakan napas Jung Shin disana. “Apa benar-benar tidak tertarik untuk merekrut anggota Grup Lee denganku sekarang?” Tanya Jung Shin. Aiko terus memejamkan matanya kuat. Dia tidak boleh kalah dari Jung Shin.

“Hahaha. Baiklah, aku bercanda. Aku mau mandi.” Jung Shin mencium pipi Aiko dan berjalan meninggalkan yeoja itu, menuju kamar mandi yang ada di kamar besar mereka.

Aiko segera terduduk lemas. Tidak hentinya dia mengucapkan syukur karena Jung Shin melepaskannya. Apa jadinya kalau ternyata Jung Shin serius? Ini masih jam 7 malam, tentu akan menjadi malam yang sangat panjang kalau sampai mereka melakukannya jam segini. Bisa-bisa dia susah bangun besok pagi.

“Aiko chagi.” Jung Shin menyembulkan kepalanya dari balik pintu kamar mandi, membuat Aiko menoleh ke arahnya. Yeoja itu kembali menunjukkan wajah frustasinya karena Jung Shin sangat tampan dengan rambut yang basah seperti itu. “Sana siapkan makan malam untuk kita bertiga.” Perintah Jung Shin.

Aiko menghela napasnya lega. Setidaknya dia bisa berhenti memikirkan Jung Shin saat memasak. “Geurae. Aku siapkan sekarang.” Aiko berdiri dan bersiap keluar kamar.

“Bagus. Yang cepat ne, setelah makan malam kita kembali ke kamar.” Ucap Jung Shin keras sebelum kembali masuk ke dalam kamar mandi. Aiko yang mendengarnya segera mematung seperti es. Tangannya seolah beku, sampai-sampai tidak bisa memutar gagang pintu kamarnya. Wajahnya pucat seketika memikirkan nasibnya malam ini.

—OoO—

“Kau.” Jun Bi menatap Shin Hye sebal ketika gadis itu berjalan masuk ke dalam rumah. Shin Hye menghela napasnya, gadis itu duduk di samping ayahnya. Dia tahu, pasti ada yang ingin ayahnya sampaikan kepadanya.

“Ada apa appa?” Tanya Shin Hye lembut. Dia tidak mau membangkang kali ini. Dia sudah cukup sial dengan terus bertemu Yong Hwa dan terpaksa memiliki banyak hutang kepada pria itu.

“Ki Young menelponku, memberitahuku kalau kau bukan bekerja tapi berkencan dengan pria muda.” Omel Jun Bi. Shin Hye terhenyak mendengarnya. Berkencan? Dengan pria muda? Nuguya? “Kalian bahkan membeli ponsel bersama.” Protes Jun Bi.

“Aaaahh itu..” Shin Hye mengangguk mengerti. Dasar Ki Young nappeun, sempat-sempatnya dia membuntutinya dan Yong Hwa. Apa yang sebenarnya pria itu inginkan?

“Siapa dia?” Tanya Jun Bi.”

“Hanya teman.” Jawab Shin Hye santai. Teman? Sejak kapan dia berteman dengan pria kolot itu? Hubungan mereka adalah sebagai renternir dan nasabahnya saja. “Memangnya aku tidak boleh pergi dengan temanku?”

“Aku tidak percaya dia hanya temanmu. Ki Young bahkan memberitahuku kau membeli ponsel couple dengannya.” Selidik Jun Bi.

“Mmmm, benar aku membeli ponsel couple. Tapi itu hanya karena ponsel itu hanya bisa dibeli sepasang. Jadi dia mengalah kepadaku. Appa tahu kan, kalau aku sudah menginginkan satu barang, aku tidak mau tahu, aku harus mendapatkannya.” Ucap Shin Hye santai.

“Aku tetap tidak percaya. Pokoknya kau tidak boleh berpacaran dengan pria muda.”

“Mwo? Lalu aku harus berpacaran dengan pria yang jauh lebih tua dariku eoh?” Tanya Shin Hye tidak percaya. Kenapa dengan ayahnya ini? Kenapa ayahnya senang melihatnya dengan ahjusshi.

“Karena tabiat burukmu, sama sekali membuatmu tidak pantas berdampingan dengan pria muda arra. Kau harus bersama pria dewasa seperti Ki Young, dia bisa mengatur sikap kekanak-kanakkanmu. Ingat, kau hanya boleh dengan Ki Young.” Jun Bi berdiri, berjalan meninggalkan Shin Hye sendiri yang masih menatapnya dengan tatapan melongonya.

“Ki Young? Dewasa? Yang benar saja appa!” Teriak Shin Hye tidak tahan. Ini gila, ini benar-benar gila. Bagaimana nasibnya kalau harus bersama Ki Young? Aish! Kenapa juga nasibnya seperti ini? Apa angka keberuntungannya sudah habis?

—OoO—

Yuki berjalan memasuki kampusnya dengan buku-buku tebal di tangannya. Hari ini dia sedikit terlambat karena tidak juga mendapatkan bis, dan dia harus mengajar pagi-pagi. Dia harus menyelesaikan materi sebelum masuk ke dalam kelas lab.

“Argh!” Yuki terjatuh karena tersandung sesuatu. Buku-bukunya berserakan diatas lantai. Gadis itu mendongakkan kepalanya dan melihat Jong Hyun tersenyum sinis menatapnya. Pria itu berjalan begitu saja meninggalkannya setelah berhasil membuat Yuki terjatuh.

“Pria itu..” Dumel Yuki kesal. Segera dia mebereskan buku-bukunya dan berlari ke dalam kelas lab sebelum mahasiswa lain datang. Yuki terburu-buru mengerjakan materi kuliah karena semalam dia memang ketiduran. Dia harus membuat rancangan penelitian untuk tugasnya dan membuat materi kuliah dalam waktu yang bersamaan. Tentu bukan hal yang mudah. Beruntungnya, mahasiswa lain datang tepat setelah dia menyelesaikan pekerjaannya.

“Annyeong sunbae.” Sapa mereka ramah. Jong Hyun berjalan di belakang mereka masih dengan senyuman meledekanya. Yuki menarik napasnya panjang. Dia harus bisa sabar menghadapi pria seperti itu.

“Silakan tempati kursi yang tersedia. Aku akan menjelaskan sedikit tenttang buffer ini sebelum kita memulai praktek.” Pinta Yuki. Dengan cepat, Jong Hyun duduk di kursi yang paling dekat dengan Yuki, membuat gadis itu kembali menghela napasnya. Tapi dia tidak boleh terpancing emosi, dia harus tetap mengajar dengan baik, sebaik Prof. Do.

“Sunbae.” Jong Hyun mengangkat tangannya saat Yuki asyik mengajar. “Apa sunbae bisa menjelaskannya dari awal? Aku sama sekali tidak mengerti.” Keluh Jong Hyun dengan senyuman meledek di wajahnya. Teman-temannya segera menatap tajam ke arahnya. Haruskah Yuki sunbae mengulang semuanya hanya karena 1 orang bodoh ini?

“Aku tidak bisa melakukannya, mmm–??” Yuki mengerutkan keningnya, membuka daftar absensi mahasiswa.

“Lee Jong Hyun, namaku Lee Jong Hyun. Dan aku tidak mengerti apa yang sunbae jelaskan, mungkin bahasamu yang terlalu sulit dimengerti seperti bahasa Alien.” Keluh Jong Hyun yang langsung diikuti sorakan teman-teman sekelasnya yang tidak menerima apa yang baru saja Jong Hyun katakan. Bagi mereka, tidak ada yang salah dengan cara mengajar Yuki.

“Aku akan membantumu saat praktek secara personal, jadi kau bisa bertanya kepadaku.” Jawab Yuki dingin. Gadis itu memilih melanjutkan presentasinya, membuat senyuman sinis semakin tersungging di bibir Jong Hyun. Baguslah kalau Yuki bisa dekat-dekat dengannya saat praktek, dia bisa mengerjai gadis sok anggun ini dengan mudah. Gadis sok cantik yang bahkan menurutnya sama sekali tidak menarik. Lihat? Gadis ini sekarang memakai baju terusan sepanjang lutut, lagi-lagi dibalut sweater. Sok anggun, tapi tidak tahu sopan santun.

“Geuraeyo.” Jong Hyun mencatat apa yang Yuki tampilkan dengan proyektor.

“Sekarang kalian boleh memilih pasangan untuk praktek. 1 kelompok 2 orang, dan kau Lee Jong Hyun. Kau bersamaku, karena kau tidak mengerti apa yang aku sampaikan dan jumlah mahasiswa juga ganjil.” Yuki berjalan ke meja Jong Hyun. Pria itu hanya menganggukkan kepalanya dengan senyuman sinisnya. “Jangan macam-macam.” Bisik Yuki ketus.

“Arrayo.” Jong Hyun memasukkan buku-bukunya ke dalam tas dan mengambil alat-alat instrument seperti mahasiswa yang lain.

“Ingat, hanya sedikit tetesan saja. Lebih sedikit saja maka gagal.” Ujar Yuki mengingatkan para mahasiswanya.

“Ne, sunbaenim.” Mahasiswa-mahasiswa itu segera mengasyikkan diri dengan prakteknya. Tidak ada yang lebih menyenangkan dibandingkan dengan saat praktek. Ya, memang kegiatan ini benar-benar meningkatkan rasa penasaran dan pengetahuan mereka.

“Apa yang kau lakukan? Cepat mulai.” Yuki memelototi Jong Hyun yang masih mesem-mesem sendiri menatap alat-alat di depannya. “Apa yang kau rencanakan?” Selidik Yuki.

“Aniyo sunbaenim..” Jawab Jong Hyun seraya menyiapkan larutan yang dimaksudkan Yuki. Gadis itu mengamati larutan yang dimasukan Jong Hyun ke tabung Erlenmeyer. “Aku tidak mengerti seberapa banyak larutan yang dibutuhkan, bisakah sunbae menyontohkannya?” Pinta Jong Hyun.

“Eoh? Geuraesseo.” Yuki mengambil larutan lain dan meneteskannya 1 tetes atau kira-kira 0,5 ml. Seketika, asap abu keluar dari tabung Erlenmeyer dan semakin tebal. Para mahasiswa segera berlarian karena ketakutan, takut akan terjadi kebakaran. Yuki segera meletakkan tabung itu di atas meja karena ikut panik.

“Hahahaha.” Jong Hyun tertawa puas melihat Yuki yang sekarang wajahnya benar-benar berantakan karena kotor.

“Lee. Jong. Hyuuuunnnn.” Yuki mengepalkan tangannya kuat. Harus apa dia sekarang? Pria ini sudah mengacaukan kelasnya. “Ikut aku sekarang juga!” Yuki menarik lengan Jong Hyun, membawanya menemui dewan mahasiswa di ruangannya.

“Annyeong professor.” Yuki membungkukkan kepalanya.

“Ada apa denganmu Choi Yuki?” Pria berusia sekitar 35 tahun itu melepas kacamatanya dan tersenyum geli melihat wajah Yuki.

“Dia sudah mengacaukan kelasku, dia membuat lab berantakan.” Yuki menghempaskan lengan Jong Hyun. Pria itu hanya tersenyum puas melihat kekesalan Yuki.

“Mianhae professor.. Tapi sunbaeku ini tidak mengajariku dengan baik. Aku sudah memintanya mengulang materinya, tapi dia menolak, ternyata karena aku memang tidak mengerti, aku membuat kekacauan di lab.” Keluh Jong Hyun sedih. Yuki membesarkan matanya dan memelototi Jong Hyun. Dasar namja gila, sudah membuatnya susah hari ini, sekarang dia memfitnahnya?

“Choi Yuki.. Kalau begitu ini salahmu.” Seru dewan mahasiswa yang juga dosen di kampusnya itu.

“Ne?” Yuki terkejut mendengar ucapan pria itu. Kenapa jadi dia yang disalahkan? Bahkan semua ini sudah jelas-jelas salah Jong Hyun.

“Nilai kelakuan baikmu akan kamu kurangi 5 poin. Sudah sana pergi, perbaiki apa yang sudah kau lakukan.” Perintah dewan mahasiswa itu, membuat Yuki menunduk pasrah. Gadis itu berjalan keluar ruangan dengan frustasi. Seumur hidupnya, dia belum pernah dimarahi oleh dosen.

“Yya ! Sunbae, tunggu aku. Kita bersama-sama pergi ke lab, aku akan membantumu membereskannya.” Jong Hyun menyeimbangkan langkahnya dengan langkah Yuki yang cepat.

“Cukup menjauh dariku.” Jawab Yuki dingin. Dia tidak mau terlibat lebih jauh dengan Jong Hyun. Sudah cukup hari ini pria itu mengerjainya sampai sejauh ini, dia tidak mau lagi. Benar-benar tidak mau berurusan dengan seorang Lee Jong Hyun.

—OoO—

Yong Hwa berjalan masuk ke dalam butik Ji An. Entah ini memang karena nasibnya yang sial, dia harus bertemu lagi dengan Shin Hye hari ini. Apalagi yang akan terjadi hari ini? Dia tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya kalau selalu seperti ini. 2 minggu. Ya, selama itulah dia harus terus bertemu Shin Hye untuk baju yang dipesan neneknya.

“aku datang, Ji An noona, eoddi?” Tanya Yong Hwa.

“Nona Ji An tidak masuk hari ini… Kau??” Shin Hye tercengang melihat pria yang berdiri di dekat pintu. Memang benar, nasibnya memang benar-benar tidak mujur. Dia harus terus bertemu pria ini setelah mengucapkan janji untuk menjadikannya suaminya. Bagaimana ini?

“Kau benar-benar mengerjakan baju haelmoni kan?” Yong Hwa menghampiri Shin Hye. Dilihatnya Shin Hye yang tengah asyik memotong pola baju. Pria itu duduk di depan meja kerja Shin Hye dan terus menatapnya dengan tatapan menyelidik. “Apa kau yakin bisa melakukannya?”

“Tentu saja, kau tenang saja.” Shin Hye terus berkonsentrasi dengan pekerjaan di atas mejanya, memilih tidak menatap Yong Hwa sedetikpun. Memalukan memang jika dia ingat janji bodohnya itu. Untung saja Yong Hwa tidak tahu.

“Aku terkadang heran denganmu. Kenapa kau selalu bersantai, seolah kau tidak memiliki beban apapun dalam hidupmu?” Tanya Yong Hwa. Shin Hye menghentikan pekerjaannya. Matanya mendadak sayu mendengar ucapan Yong Hwa. Ingatannya menelusuk dalam kedalam masa lalunya. Masa yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya.

“Salahkah jika aku hanya ingin membuat kesenangan dalam hidupku?” Tanya Shin Hye lirih. Yong Hwa tidak seharusnya bertanya seperti itu kepadanya. Itu hanya membuka kembali lukanya saja. Luka yang benar-benar ingin dihapusnya.

“Aku hanya heran, ketika gadis lain sangat semangat di umur sepertimu, kau justru bermalas-malasan. Apa sebenarnya tujuan hidupmu?” Tanya Yong Hwa penasaran. Pria itu sekarang berdiri di depannya, tidak lagi duduk seperti posisinya semula.

“Tujuan hidupku?” Shin Hye tersenyum kecil mendengar pertanyaan Yong Hwa. Bahkan pria itu bukan siapa-siapa. Kenapa juga menanyakan hal yang masuk kedalam ranah pribadi seperti itu.

“Ya, tujuan hidupmu. Apa Nona Park memiliki tujuan hidup? Kalau aku, aku ingin hidup sebagai pria yang benar-benar berguna untuk orang lain.. Untuk karyawanku, untuk keluargaku.. Karena itu aku tidak pernah berhenti untuk selalu lebih baik dari hari kemarin.” Ucap Yong Hwa. Shin Hye kembali tersenyum mendengar ucapan pria itu.

“Kau ingin tahu apa tujuan hidupku?” Tanya Shin Hye. Yong Hwa mengangguk. Penasaran juga dengan gadis yang benar-benar berbeda dengannya. “Aku hidup untuk diriku sendiri, karena tujuan hidupku adalah tetap hidup.” Jawab Shin Hye tegas.

“Apa maksudmu? Tetap hidup?” Yong Hwa menatap Shin Hye serius. Keduanya sama-sama terdiam, saling menatap satu sama lain. Yong Hwa tetap tidak mengerti dengan apa yang Shin Hye maksudkan. Tetap hidup? Apa Shin Hye segera akan mati?

“Hahaha. Kenapa menatapku seperti itu?” Shin Hye kembali menunjukkan wajah cerahnya, sementara Yong Hwa tetap berdiri mematung, tidak melepaskan pandangannya dari Shin Hye sekalipun. “Yya! Waeyo?” Shin Hye memukul lengan Yong Hwa pelan dengan senyuman tetap mengembang di wajahnya. Tapi pria itu tetap diam.

“Geuraeyo.. Kau tidak mengerti ya? Biar aku jelaskan. Aku ini bisa mati kalau tidak bisa senang-senang. Pergi ke tempat teman-temanku, hura-hura… Yya!” Ucapan Shin Hye terhenti karena Yong Hwa menjitak kepalanya keras. “Appo.” Shin Hye mengerucutkan bibirnya.

“Pikirkanlah orangtuamu. Jangan selalu memikirkan kesenanganmu.” Yong Hwa kembali duduk di tempatnya semula. Shin Hye tersenyum kecil dan kembali mengerjakan aktivitasnya. Matanya sesekali melirik Yong Hwa yang terus asyik dengan ponselnya. “Gomawo, Mr Renternir.”

“Untuk?” Timpal Yong Hwa tanpa mengalihkan wajah tampannya dari ponselnya.

“Kita baru bertemu beberapa hari yang lalu, tapi kau sudah banyak membantuku. Gomawo.” Jawab Shin Hye. Gadis itu kembali tersenyum. “Apa kita bisa berteman?” Tanya Shin Hye. Yong Hwa menghentikan aktivitasnya dan menatap Shin Hye.

“Jika aku berteman denganmu, apa kau akan berhenti membuatku sial?” Tanya Yong Hwa. Pria itu kembali menatap ponselnya, memeriksa schedule-nya untuk hari ini.

“Asih! Bilang saja tidak mau.” Gerutu Shin Hye kesal. “Sudahlah, pergilah. Kau bilang kau tidak suka menyia-nyiakan waktumu. Apa kau tidak bekjerja?” Omel Shin Hye. Yong Hwa menyunggingkan senyum jahilnya. Pria itu berdiri dan menghampiri Shin Hye.

“Aku akan bekerja kok. Jangan kau kira aku disini untuk bermalas-malasan. Ini adalah tugas dari atasanku yang tidak lain adalah nenekku sendiri. Aku harus memastikan kau mengerjakan kewajibanmu dengan baik.” Ucap Yong Hwa. Shin Hye menghela napasnya.

“Jadi jabatanmu adalah sebagai kurir nenekmu eoh?”

“Bisa dibilang begitu, bisa dibilang juga tidak begitu. Kajja.” Yong Hwa menarik lengan Shin Hye. “Haelmoni menyuruhku membawamu membeli kain di tempat yang selalu menjadi langganannya dan Ji An noona.” Yong Hwa menarik lengan Shin Hye lebih keras.

“Aku bisa jalan sendiri.” Shin Hye menepis lengan Yong Hwa darinya. Gadis itu berjalan di belakang Yong Hwa yang selalu tampak percaya diri itu. Pria yang selalu berdiri tegap, tidak pernah menunjukkan rasa takut sedikitpun.

____

“Ji An belum datang?” Tanya Dong Wook kepada receptionist.

“Nona Yoo memang tidak akan datang hari ini Tuan, dia harus memeriksa matanya lagi di rumah sakit.” Jawab receptionist itu dengan wajahnya yang memerah. Malu, ya, itulah yang dirasakannya. Siapa yang tidak tahu aktor terkenal seperti Lee Dong Wook? –kecuali Park Shin Hye-. Semua orang tahu pria ini, pria yang membanggakan Korea. Dan sekarang pria itu ada disini.

“Apa tempatnya jauh? Aku tidak bisa pergi lama-lama tanpa makan. Aku harus makan teratur.” Ucap Shin Hye sembari terus mengikuti Yong Hwa.

“Aku bukan orang jahat aggasshi, tentu saja aku akan memberimu makan.” Jawab Yong Hwa tanpa meliriknya sedikitpun.

“Gadis itu..” Gumam Dong Wook. Dia segera mengikuti Shin Hye dan Yong Hwa keluar butik. “Chankamman.” Dong Wook menahan lengan Shin Hye, membuat gadis itu berhenti berjalan dan menoleh. Betapa kagetnya dia melihat Dong Wook disana. Pria yang saat ini menatapnya dengan senyuman sinis di wajahnya.

“Ka-kau..” Shin Hye menekuk wajahnya takut. Apalagi ini? Kenapa dia selalu sial seperti ini?

“Kau masih ingat kepadaku? Sudah tahu siapa aku?” Sinis Dong Wook. Bukannya dia tertarik kepada gadis yang bukan merupakan seleranya ini, tapi dia tidak terima jika gadis ini tidak mengenalnya sama sekali. Dia, aktor yang sangat terkenal. Bagaimana bisa ada seseorang yang tidak mengenalnya? Bahkan bocah 5 tahun pun tahu dia.

“Aku tidak mengenalmu.” Shin Hye mengerucutkan bibirnya. Tangannya terus bergerak, berusaha melepaskan cengkraman Dong Wook darinya. Dia tidak mengerti, sebenarnya mau apa pria itu? Apa dia juga mau menagih hutang kepadanya?

“Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau tahu siapa aku.” Ujar Dong Wook, membuat gadis di depannya itu terlihat semakin stress.

“Ada apa ini?” Yong Hwa menepis lengan Dong Wook darinya. Dia tidak senang melihat pria memperlakukan wanita seperti itu. Itu tidak sopan dan kasar menurutnya. Yong Hwa menatap Dong Wook lekat. “Nuguseyo?” Tanya Yong Hwa.

Dong Wook menatapnya tidak percaya. Apa pria ini juga tidak tahu siapa dia? Astaga… Gadis ini dan pria ini, kemana saja mereka selama ini? Halo.. Ini tahun 2014 dan tidak mungkin ada yang tidak tahu siapa Lee Dong Wook.. Begitu pikirnya. “Kalian tidak kenal aku? Lee Dong Wook.. Kalian ingat?” Tanya Dong Wook.

Yong Hwa mengerenyitkan dahinya. Pria itu menoleh ke arah Shin Hye yang juga tampak bingung. Keduanya saling menggerakkan bibirnya, seolah bertanya Apa kau mengenalnya?.

“Apa kau saudara Lee Seung Gi?” Tanya keduanya bersamaan. Dong Wook menepuk dahinya. Dia mulai curiga kedua manusia ini tinggal di pedalaman yang tidak ada tvnya. Tapi itu tidak mungkin. Keduanya tahu aktor Lee Seung Gi. Lalu kenapa tidak tahu Lee Dong Wook?

“Kau menemukan dia dimana?” Bisik Yong Hwa di telinga Shin Hye, tapi suaranya cukup keras untuk terdengar oleh Dong Wook. “Apa seperti ini duniamu? Selalu mengenal orang aneh seperti ahjusshi-ahjusshi ini?” Tanya Yong Hwa lagi.

Dong Wook menggerutu geram mendengar ucapan Yong Hwa. “Yya! Bocah! Kau bilang apa eoh? Kau kira aku tidak bisa mendengarnya?” Teriak Dong Wook.

“Ish, tidak penting bicara denganmu. Ayo Nona Park, aku tidak memiliki waktu banyak.” Yong Hwa menarik lengan Shin Hye dan membukakan pintu mobilnya untuk gadis itu. Shin Hye segera masuk kedalam mobil Yong Hwa, itu jauh lebih aman baginya daripada dengan ahjusshi itu.

“Yya!” Teriak Dong Wook frustasi ketika kedua orang itu pergi meninggalkannya sendiria. “Bocah-bocah gila!” umpak Dong Wook frustasi.

______

“Kau kenal dia darimana sih?” Tanya Yong Hwa tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan. Shin Hye menghela napasnya berat.

“Aku bertemu dengannya 1 kali di jalan, dan aku menendang mukanya karena aku kira dia ahjusshi mesum.” Jawab Shin Hye sedih. Gadis itu kembali menghela napasnya berat. Dia tidak menyangka nasibnya bisa sesial ini. Bagaimana bisa bertemu dengan ahjusshi itu berkali-kali?

“Memangnya kenapa kau berpikiran seperti itu eoh?” Tanya Yong Hwa lagi.

“Karena dia tiba-tiba menahan lenganku.. Aku kira dia mau berbuat yang tidak-tidak, ternyata dia hanya ingin memberitahu kalau di kakiku masih menempel tissue toilet. “ Keluh Shin Hye. Tawa Yong Hwa seketika meledak mendengarnya. Belum pernah dia tertawa lagi belakangan ini, karena mungkin memang hidupnya yang terlalu kaku dan monoton.

“Kau bodoh sekali..” Ejek Yong Hwa senang. Bahkan mengejek Shin Hye saja sudah membuatnya senang. Menarik sekali gadis ini.

“Yya! Apa maksudmu mengataiku bodoh?” Shin Hye menatap Yong Hwa tajam, tidak terima dengan apa yang dikatakan namja itu. “Kenapa kau selalu meremehkanku?”

“Aniyo, aku tidak bermaksud begitu, hanya saja, kau lucu.” Yong Hwa menoleh kearah Shin Hye dan menyunggingkan senyumannya, menunjukkan giginya yang gingsul. Shin Hye mengerjap-ngerjapkan matanya. Apa benar ini Mr. Renternir? Kenapa saat ini rasanya pria ini benar-benar tampan? Apa kemarin dia operasi plastic sampai bisa setampan ini?

“Apa kemarin Mr. Renternir operasi plastic?” Tanya Shin Hye polos.

“Mwo??”

—OoO—

Soo Jung berjalan menghampiri Min Hyuk yang saat ini sedang memeriksa file-file milik pasiennya. Pria itu terlihat benar-benar serius, bahkan dia tidak bergaul dengan dokter lain yang ada di ruangannya itu. “Oppa.”

“Hmm.” Jawab Min Hyuk acuh.

“Kenapa tidak istirahat? Bukankah ini sudah waktunya makan siang?” Tanya Soo Jung. Min Hyuk tidak menggubrisnya sama sekali. Dia lebih memilih mengerjakan pekerjaannya saat ini. Bahkan dia ingin Soo Jung segera pergi darinya saja. Dia ingin gadis itu tidak mengusiknya hari ini. “Yya oppa.. Kenapa diam?” Soo Jung mengerucutkan bibirnya, membuat wajah cantiknya terlihat menggemaskan.

“Mianhae Soo Jung-ah, aku sedang bekerja. Kalau memang kau ada keperluan, bicara saja, aku akan mendengarnya dengan baik.” Jawab Min Hyuk datar. Pria itu bahkan saat ini memilih untuk menilai hasil CT Scan milik pasiennya.

“Aish, dasar.” Soo Jung menggerutu sebal melihatnya. “Oppa, apa dokter yang kemarin sudah datang?” Tanya Soo Jung semangat. Matanya mulai menjelajahi sekeliling ruangan, mencari keberadaan Jung Shin. Sayang sekali, sosok yang dicarinya itu sama sekali tidak ada disana.

“Dia tidak ada. Sudah pulang.” Jawab Min Hyuk cepat.

“Sayang sekali.. Coba tadi aku tidak harus ikut terapi di rumah sakit lain, pasti aku bisa bertemu dengannya.” Keluh Soo Jung. “Oppa.” Gadis itu mendekatkan tubuhnya ke arah Min Hyuk. “Menurutmu apa dia menyukaiku?” Tanya Soo Jung. Senyuman terlukis di wajahnya saat ini, tapi segera hilang karena Min Hyuk tidak menjawabnya sama sekali.

“Oppa.. Jawab..” Soo Jung mencubit lengan Min Hyuk dengan manja. “Dia pasti menyukaiku kan? Karena aku ini cantik.” Ucap Soo Jung senang. “Iya kan? Pasti dia menyukaiku? Aku yakin itu..”

“Jung Soo Jung!” Teriak Min Hyuk kesal. Dokter-dokter lain di ruangannya menoleh ke arah Min Hyuk, sementara Soo Jung menatapnya terkejut. Dia tidak percaya, bagaimana mungkin seorang Kang Min Hyuk berteriak seperti itu kepadanya? Pria yang sudah dikenalnya sejak kecil itu, seumur hidupnya belum pernah membentaknya seperti itu. “Apa kau tidak lihat aku sedang sibuk eoh? Jangan ganggu aku!” Kesal Min Hyuk.

“Oppa keterlaluan!” Soo Jung menahan air matanya dan berlari keluar dari ruangan dokter. Min Hyuk menghela napasnya kesal. Biar saja Soo Jung menangis, dia tidak peduli. Dia benar-benar kesal dengan gadis itu, apa salah? Selama ini, dia selalu berusaha menjadi yang baik di mata Soo Jung, bahkan sejak kecil ingin segera menjadi dokter agar bisa mengobati Soo Jung.. Lalu gadis itu tiba-tiba berkata dia menyukai pria lain?? Apa tidak salah? Benar-benar menyebalkan.. Sangat-sangat menyebalkan.

—OoO—

Aiko terbangun dari tidurnya. Entah sudah berapa lama dia tertidur, tapi dia tahu ini sudah sore karena suhu terasa jauh lebih sejuk daripada sebelumnya. Yeoja itu perlahan mengerang, merenggangkan otot-ototnya.

“Kau sudah bangun eoh?” Tanya Jung Shin yang tengah asyik dengan laptopnya. Aiko segera bangun karena kaget. Jung Shin sudah di rumah? Dan dia belum membuatkan makan malam untuk suaminya itu? “Aku tidak enak membangunkanmu, jadi aku diam saja.” Jung Shin berdiri dan berjalan menghampiri Aiko.

“Aku belum memasak.. Astaga..” Aiko segera menyibak selimutnya tapi segera ditahan oleh Jung Shin. “Yya! Aku harus memasak.” Keluh Aiko. Namja itu tetap menahannya dengan senyuman lembut menghiasi wajahnya.

“Aku sudah memasak tadi, selama kau tidur.” Jawab Jung Shin. “Apa kau sakit? Aneh sekali kau tidur jam segini.” Jung Shin menyatukan kening mereka, merasakan suhu tubuh istrinya.

“Aku baik-baik saja, hanya saja entah kenapa aku sangat mengantuk.” Aiko mendorong tubuh Jung Shin darinya, tapi namja itu menahan wajahnya agar tetap menatapnya. Jung Shin menatap Aiko lekat. Tangannya perlahan naik mengusap kelopak mata Aiko.

“Kau menangis? Karena itu lelah dan tidur panjang?” Selidik Jung Shin. Aiko tidak bisa menutupi apapun darinya. Pada akhirnya dia akan tahu juga yang sebenarnya. Lihat mata istrinya ini sekarang. Mata Aiko benar-benar sembab. Jung Shin tahu, Aiko pasti menangis. “Memikirkan keluargamu disini?” Tanya Jung Shin.

“Iya……” Aiko segera membenamkan wajahnya di dada Jung Shin dan menangis. Tangannya memukuli dada Jung Shin pelan. “Wae? Kenapa kau membawaku kemari lagi? Waeyo Jung Shin-ah..” Isak Aiko. Dia mungkin terkadang bisa terlihat biasa saja, tapi dia juga tidak bisa menutupi perasaannya sendiri. Dia tidak tahan untuk mengingat kembali keluarganya. Bahkan karena itu, dia benar-benar takut keluar rumah, takut keluarganya menemukannya.

“Kau harus kuat, Aiko.. Bukankah kau tidak bisa selamanya bersembunyi? Pada akhirnya kau harus keluar juga.” Ucap Jung Shin.

“Yya! Aku tidak mau bertemu keluargaku lagi.. Shireo..” Tolak Aiko. Dia datang kemari bukan untuk bertemu keluarganya lagi, hanya untuk menemani Jung Shin, namja yang sudah menjadi suaminya ini.

“Mungkin saja kan kau akan bertemu mereka, kau tidak mungkin selamanya mengurung diri di rumah. Nanti, ada saatnya kau menjadi seorang ibu, mengantarkan anak kita ke sekolah.. Benar kan?” Ucap Jung Shin. Aiko terdiam mendengarnya. Memang benar apa yang Jung Shin katakan. Tapi apa bisa dia keluar rumah? Bagaimana kalau neneknya atau Yong Hwa menemukannya? “Aiko, dengarkan aku.” Jung Shin menangku pipi Aiko.

“Kelak, sekalipun kau bertemu dengan keluargamu dan kau masih belum mau kembali kepada mereka, kau tenang saja, karena kau memang sudah menjadi istriku. Rumahmu adalah di rumahku, bukan disana lagi.” Jung Shin mengecup bibirnya pelan. Aiko menghela napasnya. Pria ini, kenapa selalu memiliki kata-kata yang manis untuknya, sehingga membuatnya selalu luluh kepada Jung Shin.

“Aku mengerti, tapi aku saat ini benar-benar belum siap bertemu mereka.” Keluh Aiko. Jung Shin menangguk, dia sangat mengerti dengan kondisi Aiko saat ini. Dia tidak akan memaksakan Aiko untuk segera kembali dan pulih dari traumanya. “Apa Jong Hyun oppa tidak ada? Kenapa sepi sekali?” Tanya Aiko.

“Dia ada, tidur di kamarnya. Kau tahu kan, dia datang ke kampus hari ini.” Jawab Jung Shin. Pria itu sedikit tersenyum. Memang sangat aneh Jong Hyun datang ke kampus 2 hari berturut-turut. Biasanya Jong Hyun selalu seenaknya. Bahkan lebih sering datang 1 kali ke kampusnya dalam 1-2 minggu. Apa asisten dosennya yang ketus itu berhasil membuatnya ingin kuliah? Luar biasa, dia jadi ingin tahu bagaimana cara mengajar asisten dosennya itu.

“Yya! Kenapa melamun? Jangan bilang kau sedang memikirkan yeoja lain.” Selidik Aiko. Wajar saja kan dia cemburu. Jung Shin itu tampan. Pasti banyak pasien yang menyukainya. “Apa di rumah sakit kau bertemu pasien wanita?” Selidik Aiko. Jung Shin tertawa kecil mendengarnya. Diusapnya rambut Aiko dengan lembut.

“Kau kira aku bekerja di rumah sakit khusus pria eoh? Tentu saja ada pasien wanita.” Jawab Jung Shin geli. Aiko mengerucutkan bibirnya. Memang benar sih apa yang Jung Shin katakan. Karena itulah dia sering cemburu setiap kali Jung Shin bekerja. Dia tahu, pasti banyak pasien muda atau mungkin ada suster cantik disana.

“Apa kau berkenalan dengan yeoja muda?” Tanya Aiko. Jung Shin mengerenyitkan dahinya. Memang dia berkenalan dengan seorang yeoja muda. Itu adalah Soo Jung, pasien yang dekat dengan Min Hyuk uisa. Tapi dilihat dari namanya, Soo Jung dan Min Hyuk berbeda. Mungkin saja Soo Jung adalah pacar Min Hyuk. “Kenapa hanya diam?” Tanya Aiko penasaran. Jangan-jangan memang benar Min Hyuk memiliki kenalan.

“Ya, ada, aku berkenalan dengan seorang yeoja muda.” Jawab Jung Shin cepat. Aiko segera membalikkan badannya membelakangi Jung Shin. Nah, benar kan.. Jung Shin berkenalan lagi dengan yeoja lain. Menyebalkan. Sangat menyebalkan.

“Kau cemburu eoh?” Jung Shin melingkarkan lengannya di perut Aiko, bibirnya mengecup bahu Aiko lembut. “Dia kekasih Min Hyuk uisa.” Lanjutnya sok tahu.

“Jeongmal?” Tanya Aiko.

“Ya, kurasa seperti itu. Mereka sangat dekat. Sepertimu dan aku.” Jawab Jung Shin. Aiko tersenyum cerah mendengarnya. Hilang sudah kegelisahannya, bergantikan dengan senang. Aiko membalikkan tubuhnya dan memeluk tubuh suaminya erat.

“Kajja kita makan malam, Jong Hyun oppa tidak usah dibangunkan dahulu supaya kita bisa makan malam berdua.” Ujar Aiko jahil.

“Aigoo.. sejak kapan kau menjadi evil begini eoh?” Jung Shin menggeleng-gelengkan kepalanya. Aiko segera melepaskan pelukannya dan turun dari tempat tidurnya, menarik lengan Jung Shin.

“Ppalli, sebelum Jong Hyun oppa bangun dan mengganggu kita.” Ajak Aiko semangat.

—OoO—

Shin Hye tersenyum cerah ketika Yong Hwa akhirnya membawanya masuk ke sebuah restoran. Gadis itu sudah lelah, karena berkeliling dengan Yong Hwa, mencari kain yang Yong Hwa yakini sebagai selera fashion neneknya. Dia tidak habis pikir, apa orang kaya memang seperti ini? Bahkan baginya, sekalipun kainnya biasa saja, jika diberi sentuhan dengan tepat, maka akan menjadi busana yang istimewa.

“Kau mau duduk dimana?” Tanya Yong Hwa. Shin Hye tidak menjawab, dia segera memilih tempat duduk paling ujung, di tempat yang bisa membuatnya menatap keindahan sungai Han di malam hari.

Yong Hwa mengikuti Shin Hye duduk di tempat itu. Tangannya mulai bergerak membuka menu makanan yang ada disana. “Kau mau pesan apa?” Tanya Yong Hwa.

“Korean BBQ.” Jawab Shin Hye tanpa mengalihkan tatapannya dari sungai Han. Gadis itu memang sangat menyukai sungai Han, terutama saat arus airnya tidak terlalu kencang seperti ini. Dimatanya, sungai Han adalah sungai yang terbaik di dunia.

“Minumnya?” Tanya Yong Hwa lagi.

“Air putih saja.” Jawab Shin Hye cepat. Sebenarnya dia ingin minum beer untuk menghangatkan tubuhnya, tapi belakangan ini dia sudah banyak meminum minuman beralkohol, dan dia tahu hatinya pasti tidak menyukai itu. Bisa-bisa penyakitnya kambuh lagi sekalipun dia berkata kepada Yuki kalau dia akan baik-baik saja.

Yong Hwa menyerahkan pesanan mereka kepada pelayan dan berpaling menatap Shin Hye yang terus saja tersenyum menatap sungai Han. Gadis itu bahkan menikmati saat angin membuat rambutnya berantakan. Ya, restoran yang mereka tempati saat ini memang memiliki beberapa meja eksklusif di luar ruangan, tepat di atas sungai Han.

“Sepertinya kau baru pertama kali kemari saja.” Sindir Yong Hwa melihat raut wajah Shin Hye. Gadis itu berhenti menatap sungai dan menoleh ke arah Yong Hwa. Senyuman cerah tersungging lagi di wajahnya.

“Aku baru pertama kali kemari dengan pria.” Jawab Shin Hye jujur. Memang benar kan? Siapa juga pria yang dia kenal dan mampu membawanya duduk disini? Bahkan dengan keluarganya saja dia belum pernah duduk di tempat ini, dan kali ini, pria didepannya ini membawanya dengan mudah kemari.

“Mr. Renternir.” Panggil Shin Hye.

“Hmm..” Jawab Yong Hwa sambil kembali merogoh ponselnya, memeriksa schedulenya besok dan melihat emailnya barangkali ada karyawan yang mengirimkan email berisi file kepadanya.

“Gomawo ne.. Neomu neomu gomawoyo.” Ucap Shin Hye senang. Setidaknya hari ini Yong Hwa tidak membawanya sial berjamaah. Mereka cukup senang hari ini.

“Kalau kau berterimakasih kepadaku, berhentilah memanggilku seperti itu. Namaku Jung Yong Hwa, arra.” Ucap Yong Hwa dingin. Pria itu sekarang tengah asyik mengirimkan pesan kepada seseorang yang sudah pasti itu adalah neneknya.

“Akan aku pikirkan lain kali, tapi aku lebih nyaman memanggilmu Mr. Renternir.” Jawab Shin Hye. Yong Hwa menatapnya sebentar dan mendengus kesal. Apa selama ini Yong Hwa selalu mengejarnya dan memintanya membayar hutang? Tidak. Dia tidak seperti itu, tidak pernah menagihnya. Shin Hye saja yang terlalu iseng memanggilnya Mr. Renternir.

“Park Shin Hye.” Panggil Yong Hwa. Shin Hye mencondongkan badannya ke arah Yong Hwa, siap mendengarkan apapun yang dikatakan Yong Hwa. “Apa sebelum keluar rumah kau berdoa berjam-jam?” Tanya Yong Hwa.

“Mwo?”

“Aneh sekali, hari ini tidak ada kesialan yang kau tebarkan ya.” Lanjut Yong Hwa dengan ekspresi datar di wajahnya. Shin Hye segera mendengus sebal dibuatnya. Memangnya Yong Hwa pikir dia mau selalu sial apa? Tentu saja tidak.

“Terserah kau saja.” Shin Hye menopangkan kepalanya ke atas meja sambil kembali menatap sungai Han. Yong Hwa menatap gadis itu dan ikut melakukan apa yang Shin Hye lakukan saat ini, menopangkan kepala ke atas meja sambil menatap sungai Han.

“Aku mau menjadi temanmu.” Ucap Yong Hwa setelah beberapa saat terdiam.

“Benarkah?”

“Ya, ayo kita berteman. Lagipula, kita mungkin sudah ditakdirkan saling mengenal, sampai-sampai memiliki ponsel couple.” Jawab Yong Hwa. Shin Hye tersenyum kecil dan mengulurkan kelingkingnya tanpa mengangkat kepalanya dari atas meja.

“Mwoya?”

“Tanda pertemanan, kau harus menautkan kelingkingmu dengan kelingkingku.” Jawab Shin Hye. Dulu, Yumi selalu mengatakan hal seperti itu. Menautkan kelingking dengan teman baru supaya hubungan pertemanan mereka bisa selamanya.

“Arrayo.” Yong Hwa meraih kelingking kecil Shin Hye dengan kelingking besarnya.

—OoO—

Yuki berdiri menahan kencangnya angin di pinggir pantai. Sudah hampir 30 menit gadis itu menunggu disini. Dia tahu, Woo Bin akan pulang malam ini. Dia sangat menunggu Woo Bin, ingin mencurahkan rindu yang dirasakannya kepada pria itu. Senyuman mengembang di wajahnya ketika melihat kapal mulai terlihat di pantai. 15 menit kemudian, kapal akhirnya berhasil menepi ke sisi pantai. Yuki segera berjalan menghampiri kapal itu dan mencari sosok pria yang dirindukannya.

“Oppa.” Yuki berlari kecil dengan senyuman mengembang di wajahnya saat melihat Woo Bin berjalan sendiri dengan ransel di punggungnya. Pria itu sekarang berdiri mematung menunggu gadisnya menghampirinya.

“Bogoshippeo..” Yuki memeluknya erat, seolah mereka berpisah lama sekali. “Oppa benar-benar kembali untukku, gomawo.” Ucap Yuki senang. Woo Bin hanya diam tanpa berniat membalas pelukan Yuki. Matanya terlihat sayu, menahan kesedihan yang dirasakannya saat ini.

“Oppa baik-baik saja?” Yuki melepaskan pelukannya dan menatap wajah Woo Bin lekat. Tangannya perlahan naik, mengusap wajah pria itu. Bahkan pria itu tidak mengatakan sepatah katapun kepadanya saat ini. Pria itu hanya menatapnya dalam diam. “Oppa sakit? Kalau begitu kajja kita pergi ke dokter.” Ajak Yuki. Woo Bin segera menahan lengan Yuki dan menatapnya tajam.

“Waeyo?” Tanya Yuki  tidak mengerti.

“Choi Yuki.”

“Hm?”

“Kita putus saja.” Ucap Woo Bin tegas. Yuki terhenyak kaget mendengar apa yang Woo Bin katakan barusan. Putus? Yang benar saja.. Tapi kenapa? Pasti Woo Bin sedang bercanda saat ini.

“Putus sebagai kekasih karena sebentar lagi akan menjadi suami istri?” Tanya Yuki senang. Woo Bin mencengkram lengannya kuat.

“Aku akan menikah dengan gadis lain, dan itu bukan kau, Choi Yuki. Jadi mulai sekarang, jangan pernah melihatku lagi.” Woo Bin menghempaskan lengan gadis itu dan berjalan meninggalkannya sendirian dengan perasaan hancurnya. Bagaimana ini? Gadis itu pasti menangis dan itu karenanya. Tapi dia harus bagaimana lagi? Dia harus melakukan ini demi Yuki. Dia tidak mau Tn Yoo menyakiti wanita ini. Dia tahu Tn Yoo adalah kelompok dari mafia besar yang terselubung.

“Aku tidak suka oppa bercanda seperti ini..” Yuki memeluk punggung Woo Bin erat. “Oppa kenapa sebenarnya?” Isak gadis itu.

Benar kan? Yuki pasti menangis dan itu memang karenanya. Sungguh dia bingung harus berbuat apa sekarang. Ingin rasanya berbalik dan memeluk Yuki, mengatakan kalau dia hanya bercanda karena dia tidak bisa meninggalkan gadis ini sendirian, dan tidak bisa sendirian tanpa gadis ini.

“Aku serius, Choi Yuki. Mianhae.” Woo Bin melepaskan tangan Yuki darinya. Pria itu berbalik dan menatap Yuki dingin.

“Oppa.. Ada apa dengan oppa sebenarnya?” Tanya Yuki bingung. Gadis itu benar-benar tahu bagaimana Woo Bin. Dia bukan namja kurang ajar, tidak mungkin bisa menyakitinya.

“Aku sebenarnya selama ini selingkuh di belakangmu.” Bohong Woo Bin.

“Mwo? Aku tidak percaya.”

“Terserah jika kau tidak percaya. Tapi kau harus tahu Choi Yuki. Aku lebih memilih menikahinya daripada kau. Mianhae. Jangan cari aku lagi, karena aku tidak mencintaimu. Yang aku katakan selama ini hanya kebohongan demi kebohongan karena membodohimu adalah sesuatu yang menyenangkan.” Bohong Woo Bin. Gila! Ini benar-benar gila. Bagaimana bisa dia berbohong seperti itu kepada Yuki? Dan lihat, air mata Yuki jatuh lagi ke pipinya tanpa dia bisa menghapusnya dengan kedua tangannya seperti biasanya.

“Kalau begitu, aku ingin melihat kekasih oppa yang lain.” Tantang Yuki.

“Aku akan membuatmu melihatnya, kau tunggu saja.” Woo Bin melepaskan syal yang melekat di lehernya dan melemparkannya kepada Yuki. Pria itu lalu berbalik lagi dan berjalan dengan cepat. Tidak dihiraukannya Yuki yang terus berteriak memanggil namanya dengan suara yang bergetar karena menangis.

“Mianhae chagi..” gumamnya lirih. Dia bisa merasakan sakitnya gadis itu, karena dia juga merasakan hal yang sama. Tapi mau bagaimana lagi? Dia hanya bisa merutuki kebodohannya saat ini.

—OoO—

Yuki berjalan dengan malas menuju kamarnya. Matanya sudah sembab karena air matanya yang terus turun membasahi pipinya. Gadis itu lemas, benar-benar lemas. Tidak tahu harus bagaimana lagi.

“Yuki?” Shin Hye yang juga baru pulang mengerenyitkan dahinya melihat Yuki. “Ada apa denganmu? Kau menangis?” Tanya Shin Hye. Dengan cepat Shin Hye membalikkan tubuh Yuki. Shin Hye tercengang melihat kondisi Yuki saat ini.

“Yya! Ada apa?” Tanya Shin Hye khawatir. Yuki segera memeluknya dan menagis keras. Tangisan yang membuat Shin Hye tidak bisa berkutik sama sekali. Dia benar-benar tidak mengerti ada apa dengan adiknya ini. Shin Hye hanya bisa membimbing Yuki menuju kamarnya dan mendudukkan gadis itu di atas tempat tidurnya.

“Ceritakan pada eonni, ada apa sebenarnya?” Pinta Shin Hye setelah Yuki tidak telalu kencang menangis lagi.

“Aku putus dengan Woo Bin oppa.” Isak Yuki. “Dia akan menikahi selingkuhannya.” Lanjutnya sedih. Shin Hye tercengang mendengarnya. Woo Bin selingkuh? Tapi bagaimana bisa? Pria itu adalah pria baik-baik dan dia tahu itu. Tidak, ini pasti sebuah kesalahan.

“Yuki-ya.. Kau jangan bercanda dengan eonni..”

“Aku tidak bercanda! Woo Bin oppa jahat..” Tangisan Yuki semakin pecah, membuat Shin Hye ikut meneteskan air matanya dan kembali memeluk Yuki. Tidak ada yang lebih menyakitkan baginya selain melihat anggota keluarganya menderita seperti ini. Ada apa dengan Woo Bin, kenapa dia bisa menyakiti Yuki seperti ini? Bukankah pria itu dulu pernah berjanji kepadanya untuk menjaga Yuki? Tapi lihat sekarang, apa yang sudah dia lakukan??

—OoO—

Shin Hye terus menghela napasnya kesal. Semalaman dia kurang tidur karena harus memastikan Yuki baik-baik saja. Kalau saja dia tidak bekerja saat ini, dia pasti sudah mendatangi Woo Bin dan memarahi pria itu. Ah, Kim Woo Bin. Kau akan habis kalau sampai bertemu dengannya.

“Pagi-pagi sudah cemberut.” Yong Hwa menghampiri Shin Hye yang terus menatap mejanya. Shin Hye mendongakkan kepalanya dan menatap Yong Hwa sebal.

“Apa kau tidak pergi ke kantor? Kenapa kau datang kemari pagi-pagi begini?” Tanya Shin Hye kesal. Dia sedang tidak mood untuk diganggu saat ini.

“Hanya memberikan ini saja.” Yong Hwa memberikan amplop berisi uang kepada gadis itu. Shin Hye mengerutkan keningnya. “Uang bayaran pertamamu.. Itu dari haelmoni. Dan Ji An noona menyuruhku untuk menyerahkan semuanya kepadamu.” Ucap Yong Hwa.

“Mwo?”

“Jangan senang dahulu, kau harus menabungnya, arra? Kau memiliki hutang kepadaku. Ingat?” Sindir Yong Hwa. “Aku akan menagihnya setiap awal bulan.” Yong Hwa menyunggingkan senyuman lebarnya. Shin Hye menghela napasnya sebal. Dasar Mr. Renternir, pagi-pagi sudah membahas hutang.

“Apalagi yang ingin kau bicarakan selain hutang eoh?” Tanya Shin Hye kesal. Yong Hwa hanya mengangkat bahunya acuh.

“Ingin melihatmu bodoh hari ini.” Jawabnya santai.

“Yya!”

“Shin Hye.. Kau disana?” Ji An datang bersama Dong Wook disampingnya. Shin Hye segera berdiri dan terkejut melihat kedatangan Dong Wook. Gadis itu segera bersembunyi di belakang Yong Hwa.

“Kenapa ahjusshi itu mengenal Nona Ji An?” Bisik Shin Hye. Yong Hwa mengangkat bahunya. Dia juga tidak mengerti kenapa Ji An bisa mengenal namja aneh itu. Keduanya sama-sama diam melihat kehadiran Dong Wook.

“Apa nona itu karyawan barumu?” Tanya Dong Wook dengan senyuman sinisnya saat melihat Shin Hye yang terus bersembunyi di belakang namja yang sama bodohnya dengan Shin Hye karena tidak mengenalnya. Yong Hwa bahkan saat ini masih sama seperti kemarin, menatapnya dingin.

“Ne, dia yang akan membuatkan rancangan busana untukmu 2 minggu lagi.” Jawab Ji An.

Shin Hye tercengang mendengarnya. Membuatkan rancangan busana untuk ahjusshi itu? Bagaimana bisa? Ya Tuhan, ini pasti kesialannya. Kenapa nasibnya selalu seperti ini? Dia tidak mau berurusan dengan ahjusshi itu, benar-benar tidak mau.

“Noona..” Panggil Yong Hwa.

“Ah, Yong Hwa.. Kau juga disini?” Ji An tersenyum ramah. “Kau bersama Shin Hye?” Tanya Ji An.

“Ah, jadi namanya Shin Hye.” Gumam Dong Wook pelan tanpa mengalihkan tatapannya dari Shin Hye.

“Ne noona, aku disini dengan Shin Hye. Siapa pria yang noona bawa?” Tanya Yong Hwa penasaran. Ji An tersenyum mendengarnya.

“Apa kau tidak tahu? Dia itu Lee Dong Wook, aktor Korea yang besar di Hollywood.” Jawab Ji An semangat. Sebuah kebanggaan baginya karena bisa menjadi orang kepercayaan Dong Wook. Bahkan pria itu tetap kemari sekalipun matanya sudah tidak bisa melihat lagi.

“MWO??” Pekik Yong Hwa dan Shin Hye tidak percaya. Sementara Dong Wook saat ini justru menyunggingkan senyuman puasnya. Akhirnya kedua orang bodoh itu tahu siapa dia sebenarnya.

—OoO—

Jong Hyun berjalan menyusuri kampusnya. Hari ini dia terpaksa datang lebih pagi karena Jung Shin berangkat lebih pagi ke rumah sakit. Tentu lebih baik ikut dengan Jung Shin supaya dia bisa menabung untuk membeli pernak-pernik Chun Li limited edition.

Pria itu terus berjalan dan berniat untuk tidur di atap kampus. Langkahnya terhenti ketika melewati ruang latihan taekwondo. Jong Hyun segera membuka pintunya sedikit karena mendengar seperti ada orang di dalamnya. Tapi siapa yang pergi ke kampus pagi-pagi begini selain dia?

Pria itu terdiam melihat seorang gadis memakai tanktop dan celana panjang bergerak lincah menunjukkan jurus-jurus ilmu beladirinya. Rambut yang diikat ke belakang membuat wanita itu benar-benar tampak seksi di mata Jong Hyun.

“Chun Li-ya.” Panggil Jong Hyun tidak tahu malu. Pria itu masuk ke dalam dengan wajah cerahnya. Apa ini hanya mimpinya saja? Bertemu dengan gadis seperti Chun Li walaupun penampilannya berbeda? Tapi gerakan-gerakan gadis itu sudah cukup untuk membuktikan kalau gadis itu adalah Chun Li.

“Chun Li-ya.” Panggil Jong Hyun sekali lagi. Gadis itu menghentikan pergerakannya dan menoleh. “Kau..” Jong Hyun menatap gadis itu tidak percaya.

“Keluar.” Usir gadis yang tidak lain adalah Yuki itu. Jong Hyun masih terpana melihat gadis di depannya. “Siapa yang menyuruhmu masuk kemari eoh!!!” Teriak Yuki kesal.

“Kenapa kau berteriak-teriak? Biasa saja.” Ucap Jong Hyun setelah berhasil menguasai dirinya. Matanya tetap menatap gadis itu lekat. Inikah nona anggun yang menjadi asisten dosen di kelasnya? Kenapa saat ini dia benar-benar terlihat menarik?

“Keluar.” Yuki kembali membalikkan tubuhnya membelakangi Jong Hyun. Dia tidak mau seorang pun melihatnya menangis. Dia memang sengaja datang lebih pagi ke kampus karena berada di kamarnya hanya membuatnya terus memikirkan Woo Bin dan stress. Dia memilih untuk melampiaskan kekesalan dan kesedihannya melalui taekwondo.

“Keluar.” Usir Yuki sekali lagi. Kali ini suaranya terdengar lebih berat. Jong Hyun tetap berdiri mematung, menatap tubuh gadis itu yang sedikit bergetar. Apa Yuki sedang menangis saat ini? Tapi kenapa? Kenapa gadis ini menangis?

Ah, itu tidak penting baginya. Itu bukan urusannya sama sekali. Yang jauh lebih penting daripada itu adalah kenapa gadis ini bisa seperti Chun Li? Ya, Chun Li yang sangat dia sukai.

“Aku akan pergi. Lagipula untuk apa aku disini? Bertemu dengan bocah tidak sopan sepertimu. Ck.” Jong Hyun mempertahankan gengsinya. Pria itu berbalik dengan senyuman di wajahnya. “Akhirnya aku menemukanmu, Chun Li.” Gumamnya pelan seraya menutup kembali pintu ruangan itu.

—OoO—

Berkali-kali Shin Hye dan Yong Hwa mondar mandir di dalam ruangan karena tidak habis pikir. Bagaimana bisa Dong Wook itu menjadi artis terkenal? Ah, itu sangat tidak mungkin. Bagi Shin Hye, Dong Wook justru lebih terlihat seperti ahjusshi mesum, sementara bagi Yong Hwa, pria itu justru terlihat seperti orang bodoh. Aneh.. Ini benar-benar aneh.. Kenapa juga ada artis seperti Dong Wook.

“Kau memikirkan apa yang aku pikirkan Mr. Renternir?” Tanya Shin Hye. Yong Hwa menghentikan langkahnya dan menatap gadis itu.

“Apa?”

“Aku rasa standar aktor di Amerika kurang bagus. Bagaimana bisa mereka menjadikan ahjusshi mesum seperti itu sebagai aktor? Ini sangat aneh.” Shin Hye terus mondar mandir sampai kakinya menyandung kakinya yang satunya. Yong Hwa segera menahan Shin Hye dan membuatnya kembali berdiri tegap. “Gomawo sudah membantuku, kau memang Mr. Renternir terbaikku.” Ucap Shin Hye. Langkahnya terhenti ketika mendengar suara yang tidak asing baginya. Ah tidak, itu suara ayahnya dan Ki Young??? Ki Young?? Astaga… Bahaya kalau dia ketahuan berduaan dengan seorang pria di ruangannya. Apa kata ayahnya nanti?

“Mr. Renternir, kemari.” Shin Hye menyeret Yong Hwa dan membuatnya menunduk.

“Wae???”

“Cepat masuk ke kolong mejaku.. Jebal..” Pinta Shin Hye.

“Shireo..” Tolak Yong Hwa. Kenapa juga dia harus menuruti keinginan Shin Hye. Kenapa tiba-tiba harus bersembunyi di kolong meja?

“Ppalli!” Shin Hye mendorong kepala Yong Hwa sampai terbentur meja. Namja itu menggerutu sebal, dan mau tidak mau menuruti keinginan Shin Hye. Lagi-lagi gadis ini melakukan hal bodoh, dan yang lebih bodoh adalah karena dia menurutinya begitu saja. Yong Hwa terus menggerutu kesal di kolong meja, sampai akhirnya Shin Hye membekap mulutnya karena terdengar ada 2 orang yang memasuki ruangannya.

“Appa…” Sapa Shin Hye ramah. “Dan ahjusshi tentunya.” Shin Hye menyipitkan matanya. Tangannya masih terus membekap mulut Yong Hwa.

“Appa kemari ingin melihat tempatmu bekerja. Cukup nyaman juga ya.” Ucap Jun Bi seraya duduk di depan meja Shin Hye. Ki Young ikut duduk disana sambil melirik ke kanan dan kiri, mencari sesuatu.

“Tentu saja nyaman, mana mungkin Park Shin Hye bisa mendapatkan tempat bekerja yang buruk.” Jawab Shin Hye cepat. Keringat dingin mulai membasahi keningnya karena saat ini Ki Young menatapnya curiga. “Mwoya ahjusshi?” Tanya Shin Hye khawatir.

“Ani, aku hanya heran. Kenapa tanganmu terus terjulur ke bawah? Apa ada sesuatu dibawah mejamu? Dan kenapa disini harus parfum pria yang mahal?” Tanya Ki Young curiga. “Apa jangan-jangan ada pria di bawah mejamu?” Selidik Ki Young. Pria itu bahkan sudah berdiri, ingin memastikan kecurigaannya.

“Benarkah? Aku tidak sadar.” Seru Jun Bi. Pria itu ikut mengendus-enduskan hidungnya dan baru menyadari kalau memang ada aroma parfum pria di ruangan ini.

Mati aku. Umpat Shin Hye dalam hati. Yong Hwa yang berada di kolong meja ikut tegang dibuatnya, entah kenapa dia harus tegang setengah mati juga dibuatnya.

“Apa benar-benar ada seseorang?” Ki Young berjalan menghampiri Shin Hye dengan tatapan curiganya.

TBC

 

Aku harus bilang apa sekarang??? Haruskah bilang aku marah sama Jongpil??? Huweee

Teganya kau Jongpil menuliskan yong*** love buat shipper tu fandom.. Andwaeee 😥

Ah,  lupakan kegalauanku ini. Lebih baik tebar lagi foto Wooki couple kaya gini 😀

wooki

To my beloved eonni.. Gomawoyo.. Udah revisi & aku tau banyak typo… Bahkan setelah aku edit pun pasti masih banyak typo… Jd aku minta maaf..

Ini ffnya baru kelar jam setengah 2 malem… Jd harap maklum ya, ngantuk bgt pas kerjainnya. Hehehe

 

Saranghae Aidong eonni… Saranghae Kim Woo Bin.

Thank you readers

With Love,

Ny. Kim 🙂

213 respons untuk ‘She Loved Like a Diamond (Part 3)

  1. Gmn nasib woo bin? Kasihan bgd 😦
    Ki young didepak aja appa ji bun.. Shin hye sm yong hwa aja.. Yong hwa lebih matang dari usia nya, pasti bisa menghadapi sikap shin hye 🙂 hehehe
    Jungko romantiis bgd 🙂
    Tingkah jong hyun bener2 gemesin haha.. Penasaran gmn kelanjutan hubungan jong hyun n yuki 🙂
    Go to the next part 😄😄

  2. Ngakak abes pas yongshin gk tau klo dong wook itu aktor msa d’kira sodara lee seung gi oppa..
    Hagaha ngakakabies nie eonni..
    Oya gmns nie nasib uri yongshin klo ketahan apps hye…
    Lnjut eonni..

  3. Wah yonghwa makin deket sama shin hye… Lucu juga kolotnya shin hye sama yonghwa yg gk ngenalin artis seterkenal lee dong wook. Kirain dong wook kesel sama shin hye gegara pernah ditendang perut dan mukanya sama shin hye. Ternyata cuma gk ngenal doank. 😮

  4. Ya ampun itu ki yong, maksa banget pengen mergoki shinhyea ama cowok ganteng….
    Biarin aja napa, drpd sama dia yg udah ahjussi…

Tinggalkan komentar